Menurut Edy, kompetisi ini menjadi investasi sepak bola Indonesia karena dari ajang ini akan terjaring bibit-bibit pemain muda berbakat.

“GSI memungkinkan kita untuk menyaring bakat terbaik dalam ruang lingkup yang lebih luas karena melibatkan lebih banyak pemain yakni diikuti seluruh siswa SMP di seluruh Indonesia. Ini juga merupakan bagian dari program penguatan pendidikan karakter. Karena itu, PSSI sangat mengapresiasi kegiatan ini,” kata Edy saat membuka Kompetisi Gala Siswa di Medan, akhir pekan lalu.

Edy menambahkan, PSSI akan memberi dukungan penuh secara teknis. PSSI juga akan memastikan kompetisi berjalan dengan standard sepak bola berdasarkan kelompok umur.


“Sepak bola Indonesia bukan hanya milik PSSI. PSSI juga membutuhkan dukungan dan sinergi dari pihak lain, termasuk dari pemerintah. Dengan adanya sinergi yang baik, maka kinerja kita juga bisa lebih baik. Kita pun bisa melangkah lebih cepat untuk membangun sepak bola Indonesia seperti yang diharapkan masyarakat,” tutur Edy.


GSI diikuti sebanyak 8.100 sekolah atau lebih dari 144.000 siswa di seluruh Indonesia. Kompetisi ini dimulai sejak Januari lalu dari tingkat kecamatan, kemudian bertahap ke tingkat Kabupaten/Kota sampai Provinsi dan nasional pada Oktober 2018.


Dukungan nyata PSSI untuk program ini, yakni dengan diselenggarakannya kursus kepelatihan untuk guru olahraga di Sawangan, Depok, beberapa waktu lalu. Lewat kursus ini, diharapkan peningkatan wawasan dan kualitas kepelatihan untuk guru olahraga sebagai pelatih di sekolah masing-masing.


“Pembangunan sepak bola usia muda sangat penting. Karena masa depan sepak bola Indonesia ada di tangan mereka. Karena itu, setelah menggelar Soeratin U17, U15, dan U13 di berbagai provinsi, PSSI juga menjalankan kompetisi Elite Academy Pro Liga 1 U16 yang diputar pekan lalu. Nantinya akan kita lengkapi secara bertahap kompetisi kategori usia 14, 18 dan 20,” kata Edy.